PENGERTIAN ORGANISASI ISLAM
A. Definisi Organisasi
Setiap organisasi baik itu berupa perusahaan yang mencari keuntungan finansial, yayasan, organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi keagamaan selalu mempunyai visi, misi, dan tujuan.
vVisi adalah cita-cita.
vMisi adalah bidang garap dan cita-cita.
vTujuan adalah kongkritisasi atau target terukur pencapaian visi dan misi organisasi di dalam suatu kurun waktu tertentu.
Organisasi pada intinya adalah interaksi-interaksi orang dalam sebuah wadah untuk melakukan sebuah tujuan yang sama. Dalam Islam, organisasi merupakan suatu kebutuhan. Organisasi berarti kerja bersama. Organisasi tidak diartikan semata-mata sebagai wadah. Pengertian organisasi itu ada dua, yaitu pertama, organisasi sebagai wadah atau tempat, dan kedua, pengertian organisasi sebagai proses yang dilakukan bersama-sama, dengan landasan yang sama, tujuan yang sama, dan juga dengan cara-cara yang sama.
Dalam rangka mencapai cita-cita tersebut, seluruh perangkat organisasi yang dimotori oleh pimpinannya membuat strategi dan taktik serta analisa lapangan yang dilanjutkan dengan perencanaan tugas lapangan, working plan meliputi langkah-langkah kerja, jadwal serta penanggung jawab, di dalam organisasi sering disebut sebagai Plan, Do, Check, Action (PDCA) atau Planning, Organizing, Actuating, Controling (POAC), dengan pengertian yang sederahana adalah : ada perencanaan, ada organisasinya, dikerjakan, dievaluasi atau dikontrol.
Organisasi yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuannya harus dikelola secara profesional. Pengelolaan organisasi yang profesional akan membentuk budaya organisasi yang profesionai pula, sebaliknya organisasi yang seadanya dan sekedar amatiran, tanpa pemikiran yang mendalam, sistematis, serta strategis yang tepat akan menghasilkan budaya organisasi yang seadanya dan efektifitas dari pencapaian tujuan organisasi yang kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari (1) sudut pencapaian tujuan yang dapat menyimpang dan tidak sesuai dengan visi, misi, dan tujuan, serta (2) target waktu yang lamban dan cepat atau lambat akan ketinggalan malahan bisa menimbulkan kegagalan.
2. Unsur-Unsur Yang Harus Ada dalam Organisasi Islam
a. Adanya Tempat
Tempat adalah suatu hal yang terkadang cukup menjadi kendala pada aktivitas Dakwah, tidak adanya tempat yang lapang, dan kurang kondusif untuk melaksanakan kerja-kerja dakwah.
Dengan adanya secretariat maka hendaknya pengurus memanfaatkannya dengan baik, seorang kader apalagi pengurus mestilah akrab dengan sekretariatnya.
Menentukan satu markas atau tempat berkumpul para du’at juga dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yag telah menjadikan rumah Arqam ibn Abil Arqam sebagai pusat kegiatan dakwahnya. Dirumah itulah, Rasulullah menyeru kepada Manusia agar Masuk Islam, sehingga banyak kaum yang hadir pada pertemuan-pertemuan di Darul Arqam itu yang kemudian masuk Islam.
b. Adanya Pemimpin dan yang dipimpin
Adanya pemimpin dan yang dipimpin adalah salah satu rukun sukses sebuah organisasi:
v Kriteria Pemimpin Yang Baik:
¤ Memiliki Sifat Fathanah (Akal Yang Cerdas), Akal yang cerdas sangat dibutuhkan oleh seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya terutama dalam pengambilan keputusan secara bijaksana.
¤ Memiliki Sikap Amanah Yang Tinggi, Amanah adalah sifat yang harus dimiliki oleh siapa saja terutama sebagai seorang pemimpin. Semakin tinggi keimanan maka seseorang itu akan semakin amanah. Banyak sekali ayat-ayat Allah yang meegaskan bahwa tidak bolehnya kita melanggar atau mengkhianati amanah-amanah yang telah Allah berikan. QS Al Anfal: 27 “ Hai orang-orang yang beriman, jangalah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”
¤ Memiliki Sikap Iltiizam Yang Tinggi, Iltizam pada Syari’at, Seorang pemimpin mesti menjaga muru’ah keormatan atau keizzahan karena seorang pemimpin adalah Qudwah yang akan dilihat oleh orang-orang yang dipimpinnya. Ada banyak hal yang mungkin boleh (mubah) dilakukan oleh siapa saja tetapi enjadi suatu hal yang dapat merusak keizzahan diri jika hal tersebut dilakukan oleh seorang pemimpin, karena sekali lagi pemimpin adalah Qudwah Tujuan kebersamaan di jalan dakwah adalah untuk meninggikan kalimat Allah dimuka bumi ini dan unuk menjayakan Islam. Iltizam pada Manhaj
¤ Memiliki Sifat Ash Shiddiq (Jujur), Sebagai seorang pemimpin mesti memiliki sifat jujur, jujur pada dirinya sendiri dan terlebih lagi jujur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, termasuk jujur dalam menerima Amanah dari Allah.
¤ Seorang pemimpin mesti memiliki sifat yang rela berkorban yang tinggi. Seorang da’I terlebih lagi seorang pemimpin haruslah memiliki keyakinan yang tinggi akan janji Allah bahwa Allah Akan membeli dari orang-orang yang beriman dan akan diberi balasan syurga.
¤ Memiliki Sifat Kesabaran
v Kriteria Orang yang dipimpin:
¤ Memiliki Loyalitas yang tinggi
· Loyal pada Syari’at
· Loyal Pada Organisasi
· Loyal Pada Pemimpin
¤ Memiliki Sifat Istiqamah
¤ Menghidupkan Musyawarah
Oleh karena itu dalam organisasi Islam khususnya dalam masalah kepemimpinan, Islam mempunyai pandangan yang khas dalam masalah kepemimpinan sebuah organisasi. Kepimpinan dalam kacamata Islam merujuk kepada kepribadian dan segenap aspek tindakan yang dimiliki oleh Rasulullah s.a.w. Di antara ciri-ciri kepemimpinan yang baik adalah:
c. Adanya Tujuan Yang Jelas
Sebuah Organisasi Islam mestilah memiliki Tujuan yang jelas agar tidak salah langkah. Dan perjuangan yang dilakukan tidak sia-sia.
3. Kiat Menciptakan Organisasi Yang Islami
Hal yang harus disadari bahwa sebuah organisasi yang baik dengan kepemimpinannya yang baik, harus diikat pula oleh nilai-nilai yang diyakini oleh manajer dan bawahannya. Bagi seorang manajer yang Islami, nilai-nilainya adalah nilai-nilai Islami. Bagaimanapun, sebuah organisasi akan sehat jika dikembangkan dengan nilai-nilai yang sehat yang bersumber dari agama. Nilai-nilai itu dapat berupa nilai keikhlasan, kebersamaan, dan pengorbanan.
Pertama, dalam manajemen konvensional, tidak ada nilai keikhlasan, padahal seperti kita ketahui, keikhlasan dalam hal ini adalah melakukan suatu kewajiban dengan maksimal atau yang terbaik dengan niat yang bersih. Berapapun penghasilan yang didapat dari organisasi itu, orang yang ikhlas adalah orang yang melaksanakan kewajiban mereka dengan maksimal. Ikhlas berkaitan dengan mujahadah atau kesungguhan. Walaupun seorang pegawai mengetahui penghasilannya kecil, namun keikhlasan akan menjadikannya tenang dalam bekerja.
Kedua, adalah nilai-nilai kebersamaan. Jika dalam sebuah organisasi tidak tercipta rasa kebersamaan, maka hal itu akan merepotkan pemimpin organisasi. Meskipun berhimpun, namun jika nilai-nilai kebersamaan tidak ada, maka hakikatnya sama dengan sendiri-sendiri. Tanpa nilai-nilai kebersamaan, seorang pegawai akan berpikir, “Yang penting me;laksanakan tugas sendiri, tidak peduli dengan tugas orang lain”.
Ketiga, dalam sebuah organisasi diperlukan nilai pengorbanan. Tidak mungkin sebuah organisasi akan tumbuh dengan baik jika seseorang hanya mengandalkan ego masing-masing. Sebuah organisasi yang pemimpinnya memaksakan suatu target, misalnya target tahun ini harus mencapai dua triliun, maka ia tidak akan melihat bagaimana kondisi bawahannya untuk mencapai target tersebut. Akhirnya, walaupun target tersebut terlampaui, tetap akan memakan banyak korban. Hal ini sering terjadi pada perusahaan-perusahaan yang menargetkan penghasilan sekian triliun tapi tidak memperhatikankondisi bahawahannya. Bawahnnya mengorbankan segalanya untuk mencapai target itu tanpa ada reward dari pemimpinnya.
Seorang manajer harus berani berkorban untuk sebuah organisasi, bukan justru memanfaatkan organisasi itu, dalam arti memanfaatkan kebodohan karyawannya. Jika bawahannya tidak mengerti hal-hal yang semestinya diketahui, sang manajer justru bersyukur. Manajer seperti itu bukanlah manajer yang berhasil.
4. Tujuan Pengembangan Organisasi Islam
Tujuan pengembangan organisasi Islam ialah untuk meningkatkan effektifitas organisasi secara keseluruhan. Untuk mencapainya, diantaranya dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Penajaman akan visi dan misi organisasi yang disertai dengan tafsirannya agar mudah dipahami oleh bawahan.
b. Membangun organisasi menjadi mission-focused, vision-directed, philosophy-driven, value-based organization.
c. Meningkatkan keharmonisan hubungan kerja antara pimpinan dengan anggota organisasi.
d. Meningkatkan kemampuan memecahkan persoalan organisasi secara lebih terbuka.
e. Peningkatan keterbukaan dalam berkomunikasi.
f. Peningkatan semangat kerja para anggota organisasi dan juga kemampuan mengendalikan diri.
Referensi :
Hafidhuddin, Didin dan Hendri Tanjung. 2003. Manajemen Syariah dalam Praktik. Jakarta : Gema Insani Press
Budiman, Budi, Pengembangan Organisasi Islam, (Hand Out, Materi Mata Kuliah MOKI/MD/IV/A-B/2002)
0 komentar:
Posting Komentar